masjid cheng ho adalah masjid yang unik kenapa?? karena masjid ini menyerupai bangunan klenteng iy masjid cheng ho adalah masjid peninggalan seorang seorang komandan angkatan laut kerajaan yang memimpin sekitar 1450 armada kapal.
Siapa Muhammad Cheng Hoo..?
M. Cheng hoo adalah seorang komandan angkatan laut kerajaan yang memimpin sekitar 1450 armada kapal. Cheng sendiri sejak dilahirkan sudah beragama Islam, sewaktu kecil bernama Ma he berasal dari pegunungan yunnan (asia tengah) yg saat itu menjadi kekuasaan bangsa mongol dan terjadilah penyerang oleh dinasti ming ke daerah yunnan (tahun 1382). Dalam pertempuran itu ayahnya terbunuh dan ma he ditangkap beserta anak-anak yang lain oleh tentara cina. setelah itu, Ma he yang pada saat itu baru berusia 10 tahun dididik dan dilatih untuk berperang. Selama hidup ikut dinasti ming dirinya telah berhasil membuktikan dan memperluas wilayah kekuasaan, ma he pun naik pangkat menjadi kepala ajudan Pangeran dan penyusun strategi perang. Kemudian, karena keberaniannya di pertempuran, nama Ma diganti jadi Cheng. Dalam Komandonya Cheng berkeliling dunia dengan menggunaka kapal harta milik Ming yang sangat besar.
M. Cheng hoo adalah seorang komandan angkatan laut kerajaan yang memimpin sekitar 1450 armada kapal. Cheng sendiri sejak dilahirkan sudah beragama Islam, sewaktu kecil bernama Ma he berasal dari pegunungan yunnan (asia tengah) yg saat itu menjadi kekuasaan bangsa mongol dan terjadilah penyerang oleh dinasti ming ke daerah yunnan (tahun 1382). Dalam pertempuran itu ayahnya terbunuh dan ma he ditangkap beserta anak-anak yang lain oleh tentara cina. setelah itu, Ma he yang pada saat itu baru berusia 10 tahun dididik dan dilatih untuk berperang. Selama hidup ikut dinasti ming dirinya telah berhasil membuktikan dan memperluas wilayah kekuasaan, ma he pun naik pangkat menjadi kepala ajudan Pangeran dan penyusun strategi perang. Kemudian, karena keberaniannya di pertempuran, nama Ma diganti jadi Cheng. Dalam Komandonya Cheng berkeliling dunia dengan menggunaka kapal harta milik Ming yang sangat besar.
Cheng Hoo juga sempat melewati perairan nusantara dan mendarat di pantai jawa (tepatnya semarang). Selain itu, dia juga sebagai utusan Kaisar Yung Lo untuk mengunjungi Raja Majapahit yang juga bertujuan menyebarkan agama islam.
Masjid untuk Mengenang Muhammad Cheng Hoo
Atas jasanya menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, maka dibangunlah masjid yang bernama Muhammad Cheng Hoo. Kami pun begitu tertarik untuk melihat sekaligus meneliti bentuk masjid tersebut. Tempat ibadah umat Islam yang berlokasi di Jalan Gading, komplek gedung serba guna PITI, di belakang taman makam pahlawan Kusuma Bangsa Surabaya ini, memang lain dari masjid-masjid yang ada di Indonesia. Bentuknya mirip seperti kuil atau klenteng karena tidak ada kubahnya. Namun begitu dilihat dengan seksama, di puncak mahkota bangunan terdapat kaligrafi ALLAH dan sebuah bedug berukuran sedang di teras yang menunjukkan ciri khas masjid. Mungkin ini adalah satu-satunya masjid yang berasitektur Tiongkok di Indonesia.
Bangunan yang berwarna dominan merah disertai hijau dan kuning ini, mempunyai model atap lengkung diakhiri ujung gording berbentuk bulat dan tajam, saya berfikir ini menandakan cirri-ciri khas arsitektur Tiongkok kuno, atau Masjid Cheng Hoo diilhami dari bangunan Masjid Nie Jie di Beijing. Sebagai Arsiteknya adalah Ir. Aziz dari Bojonegoro kemudian dikembangkan oleh Tim Pengawasn dan Pembangunan masjid dari PITI (Perhimpunan Iman Tauhid Indonesia) dan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Dibangun pada tanggal 10 Maret 2002, dengan mempergunakan bahan baku lokal, selesai pada 13 Oktober tahun 2002 lalu, dengan menghabiskan biaya sebesar Rp 700 juta.
Komposisi bangunan dan lahannya juga memiliki makna, ukuran podium yang hanya sebesar (9m x 11m) memiliki makna. Angka 11 diambil dari ukuran Ka’bah di Mekkah. Sedangkan angka 9 melambangkan Sembilan Wali yang menyebarkan ajaran Islam di Indonesia. Masjid yang berukuran kecil ini semakin terlihat menarik, karena berada di tanah yang luas
Ketika kami telusuri lebih dalam lagi, masjid ini juga mempunyai makna yang lain yaitu, perbedaan jumlah anak tangga yang ada di dalam dan diluar masjid. Didalam mempunyai jumlah anak tangga 6, yang berarti Rukun Iman dan anak tangga diluar berjumlah 5, menandakan Rukun Islam.
Masjid Muhammad Cheng Hoo selalu terbuka tanpa adanya perbedaan golongan. Masjid ini dipergunakan untuk Sembahyang, setiap Jumat masjid ini tidak mampu menampung jamaah yang begitu banyak melakukan sholat Jumat. Oleh sebab itu, disiapkan tenda dalam ukuran sebesar dua kali lapangan Bola Basket. Sedangkan untuk memperingati Imlek, tidak ada peringatan khusus karena ini adalah masjid tempat sholat, masjid ini selalu terbuka untuk warga keturunan yang mau melakukan sujud syukur di masjid ini.
Setelah mengamati bagian luar, kami masuk ke bagian dalam masjid. Didalam kami mengamati dari atas sampai bawah, begitu banyak motif yang menggabungkan unsur Islam, Jawa dan Cina. Walaupun tidak sebesar masjid Agung Surabaya, tetapi di masjid ini mempunyai nilai seni yang tinggi. Bagian langit-langitnya menjulang tinggi mengikuti bentuk atap dipadu kaca berkaligrafi, Bentuk lengkungan pada mimbar serta tiang menyatu pada tembok berwarna emas menambah kharisma keunikan dari masjid mungil ini. Hanya pada sentuhan warna-warna didalam tidak seramai diluar masjid.
Nama Muhammad Cheng Hoo, sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Haji Zheng Hee atau dikenal dengan nama Ma Zheng He. “Bagi masyarakat Indonesia terutama masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia, nama Laksamana Haji Zheng Hee atau Muhammad Cheng Hoo sudah cukup dikenal, sekalipun lebih dikenal dengan nama Sam Poo Kong bahkan masyarakat Jawa mengenalnya dengan sebutan Dampo Awang.
Kami sarankan jika anda berkunjung ke Kota Pahlawan, Surabaya. Sempatkanlah untuk singgah di tempat yang mempunyai luas tanah 21 x 11 meter persegi dengan konsep arsitektur Cina. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Haji Muhammad Cheng Hoo ini dapat dijadikan sebagai sentral kegiatan penelitian dan pengembangan dakwah Islamiah, menyelenggarakan Majelis Taklim dan kajian agama, pelayanan kesehatan dan usaha sosial lainnya. Tidak heran kalau masjid ini menjadi satu di antara tiga mesjid di Surabaya yang disarankan oleh Dinas Pariwisata Surabaya untuk mendapatkan prioritas sebagai objek wisata rohani maupun wisata umum. Dua masjid lainnya, masing-masing adalah Masjid Ampel yang termasuk masjid tertua di Surabaya serta Masjid Agung Surabaya.
Atas jasanya menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, maka dibangunlah masjid yang bernama Muhammad Cheng Hoo. Kami pun begitu tertarik untuk melihat sekaligus meneliti bentuk masjid tersebut. Tempat ibadah umat Islam yang berlokasi di Jalan Gading, komplek gedung serba guna PITI, di belakang taman makam pahlawan Kusuma Bangsa Surabaya ini, memang lain dari masjid-masjid yang ada di Indonesia. Bentuknya mirip seperti kuil atau klenteng karena tidak ada kubahnya. Namun begitu dilihat dengan seksama, di puncak mahkota bangunan terdapat kaligrafi ALLAH dan sebuah bedug berukuran sedang di teras yang menunjukkan ciri khas masjid. Mungkin ini adalah satu-satunya masjid yang berasitektur Tiongkok di Indonesia.
Bangunan yang berwarna dominan merah disertai hijau dan kuning ini, mempunyai model atap lengkung diakhiri ujung gording berbentuk bulat dan tajam, saya berfikir ini menandakan cirri-ciri khas arsitektur Tiongkok kuno, atau Masjid Cheng Hoo diilhami dari bangunan Masjid Nie Jie di Beijing. Sebagai Arsiteknya adalah Ir. Aziz dari Bojonegoro kemudian dikembangkan oleh Tim Pengawasn dan Pembangunan masjid dari PITI (Perhimpunan Iman Tauhid Indonesia) dan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Dibangun pada tanggal 10 Maret 2002, dengan mempergunakan bahan baku lokal, selesai pada 13 Oktober tahun 2002 lalu, dengan menghabiskan biaya sebesar Rp 700 juta.
Komposisi bangunan dan lahannya juga memiliki makna, ukuran podium yang hanya sebesar (9m x 11m) memiliki makna. Angka 11 diambil dari ukuran Ka’bah di Mekkah. Sedangkan angka 9 melambangkan Sembilan Wali yang menyebarkan ajaran Islam di Indonesia. Masjid yang berukuran kecil ini semakin terlihat menarik, karena berada di tanah yang luas
Ketika kami telusuri lebih dalam lagi, masjid ini juga mempunyai makna yang lain yaitu, perbedaan jumlah anak tangga yang ada di dalam dan diluar masjid. Didalam mempunyai jumlah anak tangga 6, yang berarti Rukun Iman dan anak tangga diluar berjumlah 5, menandakan Rukun Islam.
Masjid Muhammad Cheng Hoo selalu terbuka tanpa adanya perbedaan golongan. Masjid ini dipergunakan untuk Sembahyang, setiap Jumat masjid ini tidak mampu menampung jamaah yang begitu banyak melakukan sholat Jumat. Oleh sebab itu, disiapkan tenda dalam ukuran sebesar dua kali lapangan Bola Basket. Sedangkan untuk memperingati Imlek, tidak ada peringatan khusus karena ini adalah masjid tempat sholat, masjid ini selalu terbuka untuk warga keturunan yang mau melakukan sujud syukur di masjid ini.
Setelah mengamati bagian luar, kami masuk ke bagian dalam masjid. Didalam kami mengamati dari atas sampai bawah, begitu banyak motif yang menggabungkan unsur Islam, Jawa dan Cina. Walaupun tidak sebesar masjid Agung Surabaya, tetapi di masjid ini mempunyai nilai seni yang tinggi. Bagian langit-langitnya menjulang tinggi mengikuti bentuk atap dipadu kaca berkaligrafi, Bentuk lengkungan pada mimbar serta tiang menyatu pada tembok berwarna emas menambah kharisma keunikan dari masjid mungil ini. Hanya pada sentuhan warna-warna didalam tidak seramai diluar masjid.
Nama Muhammad Cheng Hoo, sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Haji Zheng Hee atau dikenal dengan nama Ma Zheng He. “Bagi masyarakat Indonesia terutama masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia, nama Laksamana Haji Zheng Hee atau Muhammad Cheng Hoo sudah cukup dikenal, sekalipun lebih dikenal dengan nama Sam Poo Kong bahkan masyarakat Jawa mengenalnya dengan sebutan Dampo Awang.
Kami sarankan jika anda berkunjung ke Kota Pahlawan, Surabaya. Sempatkanlah untuk singgah di tempat yang mempunyai luas tanah 21 x 11 meter persegi dengan konsep arsitektur Cina. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Haji Muhammad Cheng Hoo ini dapat dijadikan sebagai sentral kegiatan penelitian dan pengembangan dakwah Islamiah, menyelenggarakan Majelis Taklim dan kajian agama, pelayanan kesehatan dan usaha sosial lainnya. Tidak heran kalau masjid ini menjadi satu di antara tiga mesjid di Surabaya yang disarankan oleh Dinas Pariwisata Surabaya untuk mendapatkan prioritas sebagai objek wisata rohani maupun wisata umum. Dua masjid lainnya, masing-masing adalah Masjid Ampel yang termasuk masjid tertua di Surabaya serta Masjid Agung Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar