Hingar-bingar kota Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta, menimbulkan persepsi beragam di kalangan masyarakat. Bahkan sebagian mereka menstigmakan bahwa kota metropolitan seperti Surabaya terkenal dengan padatnya penduduk dan bisingnya kota akibat kemacetan lalu lintas di jalan raya. Disisi lain, Kota Pahlawan dikenal tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan niaga, melainkan sebagai kota industri. Hal itu terbukti dengan dipusatkannya pusat industri di wilayah Kecamatan Rungkut.Bahkan di Surabaya saat ini sudah menjamur mal atau pusat perbelanjaan yang jumlahnya kini mencapai seratusan. Seiring dengan itu, pusat keramaian lainnya berupa tempat-tempat hiburan kini mulai ramai dan merambah hingga ke perkampungan.Pesatnya pembangunan di Kota Surabaya membuat sebagai besar warga merasa tidak yakin jika di kota metropolitan tersebut masih terdapat wisata alam, yakni berupa pemanfaatan atau konservasi hutan mangrove. Namun, semua itu akhirnya terjawab sejak Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya membuka Wisata Anyar Mangrove (WAM) di kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) yang terletak di RW VII Kecamatan Gunung Anyar, beberapa waktu lalu. Kawasan Pamurbaya sendiri terletak di tepi Selat Madura yang luasnya nisbi sempit. Daerahnya merupakan bentang alam yang datar dengan kemiringan antara 0-3 persen. Kawasan ini terbentuk sebagai hasil endapan dari sistem sungai yang ada di sekitarnya dan pengaruh laut. Kondisi daerah delta dengan tanah aluvial merupakan habitat yang baik bagi terbentuknya ekosistem mangrove. Secara geografis maupun ekologis, kawasan Pamurbaya memiliki fungsi yang sangat penting bagi Kota Pahlawan. Salah satunya adalah mencegah ancaman intrusi air laut. Keberadaan hutan mangrove di Pamurbaya juga memiliki fungsi menetralisir limbah terutama logam berat yang masuk ke laut.
Sementara itu, dengan harga yang nisbi terjangkau, masyarakat bisa menikmati keindahan hutan mangrove yang masih “perawan” dengan menyusuri sungai Kebun Agung hingga sungai Tambak Klangri. Keberadaan hutan mangrove ini mampu menyedot kedatangan 147 spesies burung. Dari 84 spesies burung yang diketahui menetap di Pamurbaya, 12 spesies termasuk jenis yang dilindungi. Jenis burung tersebut tidak hanya burung air seperti kuntul perak, pecuk hitam, mandar padi, mandar batu, dan kowak malam. Di sana juga sebagai tempat persingahan ribuan burung migran setiap tahun. Diketahui ada 44 jenis burung migran yang singgah di Pamurbaya. Burung tersebut kebanyakan asal Benua Australia menuju Eropa. Camat Rungkut, Irvan Widyanto mengatakan, wisata pantai di Wonorejo, Rungkut, itu sudah tiga tahun ini banyak dilirik para pelancong karena keasrian lingkungannya. “Sudah selayaknya bila pemkot dan pihak-pihak terkait lainnya memberi perhatian khusus terhadap objek wisata ini” ujarnya. Wisata alam itu kini pengelolaannya dipegang Lembaga Ekowisata Wonorejo, Forum Komunikasi Polisi Masyarakat (FKPM) Kecamatan Rungkut.
Di lokasi itu, selain bisa menikmati segarnya hawa pesisir, pengunjung bisa berkeliling menyusuri pantai berhutan bakau tersebut. Pengelola telah menyiapkan sebuah perahu motor berkapasitas maksimal 40 orang untuk menikmati keindahan lokasi itu. Untuk pengamanan, pengelola juga menyediakan pelampung dan fasilitas wisata lainnya. Perahu yang disewakan tersebut biasanya bergerak mulai dari dermaga Sungai Wonokromo menuju Selat Madura. Para pengunjung bisa menikmati rimbunnya hutan mangrove, burung-burung yang beterbangan dan hinggap di ranting-ranting pohon mangrove
LETAK EKOWISATA MANGROVE SURABAYA
Ekowisata Mangrove terletak di Pantai Timur Surabaya, tepatnya di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Di sana kita bisa menikmati suasana alam berupa hutan mangrove yang ditanam di sekitar muara sungai. Untuk menuju lokasi hutan mangrove kita harus naik perahu dengan tarif 10 ribu rupiah per orang.
Dari Kota Surabaya untuk menuju ke lokasi ini patokan yang paling mudah adalah Jembatan MERR-C atau Kampus STIKOM. Lalu ikuti terus jalan yang ada di depan STIKOM tersebut mengikuti arah sungai. Nanti akan melewati Sekolah IPH, Hotel Teratai, kantor taxi ORENZ dan workshop konstruksi baja Kalimaya. Terus saja, jalannya memang agak sempit.
Begitu sampai di gudang alat berat milik Kalimaya Steel, beloklah ke kanan. Di pertigaan tersebut sudah ada papan petunjuk ke Kawasan Ekowisata Mangrove. Jalannya lebih sempit lagi, tanpa aspal dan bergelombang. Melewati tambak-tambak dan di sebelah kanan terdapat sungai kecil.
Nanti Anda akan tiba di Bozem Wonorejo. Nah di situ Anda bisa memarkir kendaraan, lalu membeli tiket ekowisata mangrove, kemudian naik perahu menuju lokasi hutan mangrove. Di hutan mangrove tersebut terdapat Pos Pantau Mangrove yang biasanya digunakan untuk istirahat sambil menikmati makanan ringan.
Oia, program ekowisata tersebut dikelola oleh FKPM alias Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat – Nirwana Eksekutif. Selain FKPM, mangrove yang ada di sana ditanam oleh Kelompok Tani Mangrove Wonorejo. Pada hari-hari tertentu KTMW mengadakan acara tanam dan sulam mangrove. Jika ingin mengikuti kegiatan tersebut silakan hubungi Pak Sony ketua KTMW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar