TOMOHON, seminggu di awal Juli 2008. Kota yang berjarak lebih kurang 20 kilometer dari pusat pemerintahan Sulawesi Utara, diramaikan pendatang dari berbagai daerah di Indonesia untuk sebuah event bertaraf nasional, yakni Tomohon Flower Festival (TFF) yang di dalamnya termasuk acara Tournament of Flower (ToF). Untuk ke sana, dari Manado kita dapat menyusur jalan berkelok-kelok dengan pemandangan elok. Hutan diselingi pakis dan bunga liar yang memberi keunikan tersendiri ditambah hamparan ladang penduduk yang ditumbuhi cengkih, juga perkampungan. Di beberapa kelok ada air jatuh musiman yang menderas bila curah hujan tinggi. Laut ada di belakang kita, ia terlihat biru dan kian jauh di utara, udara sejuk lalu mengguyur menyegarkan rongga dada.
Kita sudah di Tomohon. Bersua Tinoor, suatu kampung yang berhadapan dengan kawasan volkano, Gunung Lokon, kemudian Kinilow. Di sini kita dapat melihat para pengrajin anyaman bambu, kios-kios mereka berderet di samping kiri jalan raya Manado – Tomohon. Kegiatan TFF diselenggarakan untuk mendukung Visit Indonesia Year 2008 dan mempromosikan Sulawesi Utara sebagai tujuan kunjungan wisata, utamanya pelaksanaan World Ocean Conference 2009. Pemandangan warna-warni bunga makin kental ketika kita masuk ke Kakaskasen. Ladang bunga di lingkar barat dan timur seakan membungkus kota itu.
TFF bertujuan untuk mempromosikan potensi Tomohon sebagai “Kota Bunga” beserta industri pendukungnya agar dapat menjadi pusat industri bunga di Indonesia Timur, sekaligus menjadikan Tomohon sebagai tujuan wisata, baik ecotourisme maupun agrotourisme. Selain itu TFF diharapkan dapat meningkatkan citra Tomohon yang mensejahterakan masyarakat, dapat memfasilitasi komunikasi antar stakeholder dalam pengembangan usaha tanaman florikultura, sebagai ajang pertemuan temu bisnis antar pelaku usaha bunga dalam rangka pengembangan investasi usaha florikultura di Tomohon serta berkemampuan meningkatkan dan ketrampilan sumberdaya manusia di bidang usaha berbasis produk florikultura. Dan bagi masyarakat sendiri akan berdampak pada peningkatan kecintaan terhadap tanaman, utamanya tanaman hias sebagai bagian dari budaya yang juga dapat memacu peningkatan pendapatan perekonomian mereka. Maka, dari TFF 2008 oleh pemerintah kota sudah di susun grand design untuk memajukan segala potensi yang ada di sana, sebab TFF akan menjadi event yang sudah akan dilaksanakan setiap tahun.
Pada lima hari jelang Tournament of Flower (ToF) di Kota Tomohon, Explore Indonesia menyempatkan diri bertandang ke stadion Parasamiya Walian Tomohon dan berbincang hangat dengan Lelly Rochelli, koordinator dekorator kendaraan hias. Beberapa hal yang ditekankan Rochelli, namun satu hal yang sering dia ulang seraya membandingkan Tomohon dan beberapa tempat yang sudah sempat ia kunjungi di dunia, bahwa, Tournament of Flower (ToF) di Kota Tomohon itu ada aroma magisnya. Baru tersadar ketika ToF terselenggara, 03 Juni 2008. Sedari pagi mendung menggantung, beberapa titik rintik sempat turun, dan ada yang khawatir hujan segera turun sebab Gunung Lokon sudah berbalut kabut kelabu.
Waktu merambat hingga siang, orang-orang dari perkampungan sekitar kota Tomohon sudah berjubel di sisi jalan di mana kendaraan hias sebentar lagi melintas. Antusias menunggu saat, Marching Band SMA Lokon sebagai kepala barisan dan anak-anak pengibar lambang daerah-daerah yang turut serta di ToF, lalu Replika Garuda dari Banjarmasin ada di deretan kendaraan hias paling depan, disusul simbol keagungan adat dan budaya pada masa lalu, replika benteng terbesar di dunia dari Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, di belakangnya kendaraan hias dari Minahasa Tenggara, ada dua buah salak raksasa di atas kendaraan hias itu yang juga dibuat dari buah-buah salak. Menyusul kelompok Musik Bambu, angsa dari Jambi, kontingen Palu, Minsel, Surabaya, badak cula satu, Mataram, Tarakan, Pekan Baru, Ambon, Semarang, Kota Padang, Kota Payakumbuh, topeng dari DKI Jakarta, Kota Samarinda, Minahasa, Banda Aceh, Pekalongan, Malang, Bandung, Makassar, susul menusul yang lainnya. Bitung datang dengan “warna” kampanye lingkungan. Kota Cakalang menampilkan potensi lautnya dengan pesan “Hidup Sehat, Ramah Lingkungan”, kendaraan hias Bitung didahului beberapa kendaraan hias. Dari Palangkaraya dan Medan. Sesudah Bitung ada Tidore, Bolmong, Mamuju, Kendari, Pangkal Pinang, Kupang, Banten, Ternate, DI Yogyakarta, Manado dengan taman lautnya yang disulap dari bunga, Bandar Lampung, Palembang, cendrawasi dari Papua, perahu naga dari Tanjung Pinang, Pontianak, Tomohon, Sukabumi, Gorontalo, satu lagi kendaraan hias dari Manokwari dan ditutup barisan pengawal. Tatap menerawang jauh, atmosfir yang labil. Dan..., ini magisnya, hujan tak jadi turun hingga semua iring-iringan kendaraan hias tiba di Rindam, panggung utama di mana para pejabat daerah dan tamu dari ibukota negara menyambut.
Kami coba meramu kepastian yang gamang. Namun terbukti saat itu magis yang diucapkan Rochelli beberapa hari silam itu. ToF mampu menyedot pandang ribuan pasang mata mulai dari Walian tempat kendaraan hias itu start hingga di Rindam. Sisi jalan yang sudah dikawal panitia didesak manusia-manusia yang terhipnotis suguhan ToF. Seketika jadi teringat hal-hal lain yang disampaikan Rochelli, “Semua di sini akan berguna dan menjadi nilai tambah bagi banyak orang.” Kembali mengulang apa yang diucapkan sebelumnya, mencium aroma magis di event ini. Berbaur dengan penonton juga para pedagang yang berjualan penganan dan air mineral.
Di ujung TFF jelang penutupan, Minggu (6/7), sekali lagi Tomohon memberi kejutan. Karpet bunga digelar dengan latar 46 kendaraan hias dari berbagai daerah di Indonesia. Pada event Holtifair di Belanda tahun 2007, negeri Kincir Angin itu sempat membuat karpet bunga dengan ukuran 50 x 50 meter. Di Tomohon ukurannya lebih besar lagi, yakni, 49 meter x 79,2 meter, dan dikukuhkan sebagai karpet Bunga terbesar di dunia. Warna menyala, merah, putih ungu, kuning, oranye, di tengah lambang TFF dengan simbol Paeyus, bunga endemik di tanah Minahasa.
Kenangan semerbak bunga yang tak terlupa, membuat rindu untuk kembali ke Tomohon meski kita berada jauh di negeri orang. Bunga-bunga dari tanah subur yang ada di sana bulan silam itu, sudah menyedot tatap mata seantero dunia.