Powered By Blogger

Selasa, 07 September 2010

berwisata ke TAMAN KOTA di SURABAYA


surabaya menghadirkan taman-taman kota yang tampil semakin cantik. Mampu menjadi tujuan alternatif bagi warga kota untuk sekedar jalan-jalan, atau bahkan berinteraksi dengan sesama warga kota yang lain.

Taman-taman kota Surabaya kian dipercantik. Kondisi ruang terbuka hijau makin bisa dirasakan manfaatnya oleh warga kota. Taman-taman itu menyuguhkan keindahan sekaligus kenyaman buat rekreasi keluarga warga kota. Nyaris tak ada taman kota yang dibiarkan terbengkalai. Bahkan, sebagian besar taman itu dilengkapi bermacam fasilitas untuk kenyamanan wisata keluarga, seperti jogging track, taman bermain anak, air mancur, dan lampu-lampu hias.

Bahkan taman kota ini tidak saja nyaman bagi yang normal secara fisik, tapi juga bagi mereka para penyandang cacat. Tidak saja orang dewasa tapi juga anak-anak. Termasuk tidak hanya di siang hari, tapi juga malam hari tetap bisa dirasakan kenyamanan dan keelokannya. Cengkerama dan rekreasi keluarga warga kota makin memiliki banyak alternatif. Bahkan, sederet taman itu bakal dilengkapi fasilitas Hot Spot Wi-Fi untuk rekreasi dunia maya.

Taman Prestasi

Berada di Taman Prestasi bagai menemukan sebuah oase di tengah kota. Taman seluas 6.000 m2 ini dihiasi sekitar 21 jenis tanaman sehingga terasa nyaman untuk melepas penat. Anak-anak pun dapat bermain sambil belajar mengenal lingkungannya. Area ini dilengkapi panggung terbuka, panggung teater, dan sarana permainan anak. Di sini, kita juga dapat menyaksikan replika penghargaan yang pernah diraih Kota Surabaya, seperti Wahana Tata Nugraha, Adipura Kencana, dan lain-lain. Obyek wisata ini juga menawarkan petualangan lain, seperti menyusuri Kalimas dengan perahu naga atau perahu dayung. Bahkan, bagi keluarga yang ingin menikmati suasana asri taman dengan menunggang kuda, telah tersedia kuda-kuda anak-anak. kekar yang siap mengantar.

Taman Bungkul


Revitalisasi Taman Bungkul dengan konsep Sport, Education, dan Entertainment telah diresmikan sejak 21 Maret 2007. Area seluas 900 m2 yang dibangun dana sekitar Rp 1,2 milyar itu pun dilengkapi berbagai fasilitas, seperti skateboard & sepeda BMX track, jogging track, plaza (sebuah open stage yang bisa digunakan untuk live performance berbagai jenis entertainment), akses internet nirkabel (Wi-Fi atau Hotspot), telepon umum, arena green park seperti kolam air mancur, dan area pujasera. Bahkan, taman ini juga dilengkapi dengan jalur bagi penyandang cacat agar mereka pun bisa ikut berekreasi. Taman yang berada di jalan protokol yakni di Jl. Raya Darmo itu makin bisa dirasakan manfaatnya bagi warga kota metropolitan Taman Kota Surabaya.



Taman Kalimantan

Sejak diresmikan tanggal 21 Maret 2007, Taman Bungkul dilengkapi fasilitas skateboard & BMX track, jogging track, serta akses internet nirkabel
Fungsi taman kota Surabaya sebagai tempat olahraga, rekreasi warga kota, hang out, dan menghirup udara segar jauh dari polusi, makin banyak alternatif. Surabaya bahkan telah memiliki taman lanjut usia atau taman lansia. Area yang dimanfaatkan sebagai taman alternatif untuk para lanjut usia itu berlokasi di Jalan Kalimantan. Area seluas sekira 2.000 m2 eks SPBU Kalimantan itu, di set up menjadi taman yang cantik sekaligus segar.

Beragam tanaman dan bunga cantik menghiasi. Di sela warna-warni tanaman indah itu tersedia track yang khusus dibuat untuk kenyamanan kursi roda para lansia. Ada pula tempat duduk untuk pengantar saat menemani para lansia menikmati suasana kota di pagi atau sore hari. Kesejukan suasana di taman ini kian segar oleh keberadaan air mancur di tengah taman. Kesegaran itu tentu bisa memecah kepekatan polusi udara dari kendaran bermotor yang cukup padat melewati bilangan ini.

Taman Apsari


Taman Apsari memiliki keunikan dibanding kawasan Surabaya lainnya. Taman yang berada di depan Gedung Grahadi itu terasa sejuk dan relatif tenang, meski tempatnya di tengah kota. Area ini di dalamnya terdapat Patung Suryo dan Joko Dolog. Di area seluas 5.300 m2 itu dilengkapi lebih kurang 20 jenis bunga dan tanaman. Di sela bunga dan tanaman itu disediakan jogging track yang nyaman untuk jalan-jalan. Sebagian anak muda bahkan menggunakannya untuk bermain skateboard. Sebagian warga Surabaya yang lain memanfaatkannya sebagai tempat kongkow kongkow semalaman sampai pagi menjelang.


Taman Flora

Taman Flora seluas 2,4 hektar di eks Kebun Bibit Baratang Surabaya kian bertambah nilainya. Selain rindang oleh ratusan jenis pohon dan tanaman, taman ini juga disebut Techno Park karena dilengkapi fasilitas teknologi internet. Setelah diresmikan Agustus 2007, area ini dilengkapi sebuah ruang sekitar 5x10 m2 sebagai ruang pembelajaran IT dengan 6 line jaringan komputer yang tersambung internet. Ruangan ini juga dilengkapi software
berbagai games interaktif untuk sosialisasi tentang lingkungan dan masalah sampah. Techno Park ini sifatnya interaktif, yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak sekolah untuk praktek atau membentuk komunitas IT.

Taman Sulawesi


Area seluas 2.259 m2, eks SPBU Sulawesi, kini telah disulap menjadi taman yang indah. Taman Sulawesi ini pun menambah deretan taman rekreasi yang nyaman bagi keluarga di Surabaya. Warga kota kerap memanfaatkan tempat ini untuk wisata bersama keluarga dan anak-anaknya. Area ini tampak elok oleh warna-warni 50 jenis bunga dan tanaman yang menghiasi taman. Arena wisata ini juga dilengkapi jogging track, shelter, arena permainan anak, dan air mancur. Anak-anak muda sering memanfaatkan tempat ini untuk bermain skateboard dan olahraga sepatu roda. Area ini selalu tampak indah, baik pada siang maupun malam hari, karena dilengkapi lampu penerangan dan lampu hias warna-warni.Taman Yos Sudarso

Taman Yos Sudarso terdiri dari taman dan pedestrian yang kerap dijadikan jalan kaki warga kota maupun turis mancanegara. Di area taman ini terdapat monumen Panglima Sudirman yang tampak kian gagah diterangi sorot lampu di waktu malam. Para penghobi skateboard kerap menjadikan track di bawah monumen sebagai arena berlatih dan mengadu kemampuan. Bahkan di akhir pekan, sekitar tamanan dan pedestrian ini ramai dikunjungi warga Kota Surabaya untuk sekadar dudukduduk bersama sanak keluarganya.

Taman Dr. Soetomo


Jalur Dr. Soetomo-Darmo maupun Dr. Soetomo-Diponegoro mrupakan jalur kota yang ramai. Namun, melewati jalur ini berada teduh karena terdapat taman yang membelah dua jalur tersebut. Apalagi di jalur ini terdapat bundaran yang dijadikan taman untuk interaksi keluarga. Tak jarang warga kota menikmati keceriaan bersama keluarga di taman seluas 103 m2 ini. Taman ini dilengkapi sekitar enam tanaman warnawarni dan jogging track untuk jalan-jalan atau untuk anak-anak bersepeda.

Taman Mayangkara

Taman Mayangkara dibangun antara lain untuk mengenang keberanian Batalyon 503 Mayangkara di bawah pimpinan Mayor Djarot Soebyantoro saat menghadapi Belanda. Di area Taman Mayangkara, di depan Rumah Sakit Islam (RSI), terdapat monumen Mayor Djarot Soebyantoro menaiki kuda putih Mayangkara. Warga Surabaya biasa menyebut Monumen Mayangkara. Berada di lokasi ini terasa makin nyaman karena seluruh area taman telah berhias warna-warni bunga dan tanaman hias. Bahkan, di sekeliling monument dilengkapi arena untuk jalan-jalan dan sarana untuk memadu keceriaan bersama keluarga.

Taman Ronggolawe


Monumen Ronggolawe di Jalan Gunungsari didirikan sebagai kenangan bahwa Surabaya memiliki sosok pemberani dan berjiwa kepahlawanan tinggi. Area monumen itu pun dibuat menjadi Taman Ronggolawe. Setelah dilakukan pembenahan, taman itu kian sering dijadikan tempat bersuka ria warga kota Surabaya bersama keluarga, karena terdapat playground area untuk anak-anak. Kenyamanan di bawah rindangnya pepohonan juga kerap dimanfaaatkan anak-anak sekolah untuk belajar dan bermain di sekitar taman. Area sisanya juga sering digunakan anak-anak muda untuk area bermain sepak bola.

CAGAR BUDAYA di KOTA SURABAYA


Kota Surabaya yang dijuluki Kota Pahlawan, memiliki 169 bangunan cagar budaya yang memiliki sejarah tersendiri. Bagunan cagar budaya merupakan warisan yang harus dilindungi. Bangunan bersejarah di Surabaya juga merupakan bukti bahwa kota ini layak menyandang sebagai kota pahlawan.

Sebelumnya telah ada 167 bangunan yang ditetapkan sebagai Cagar Budaya. Sebanyak 61 bangunan ditetapkan pada tahun 1996 dan 102 bangunan ditetapkan pada tahun 1998. Adapun empat lainnya, ditetapkan pada tahun 2009, yakni Lapangan Golf Ahmad Yani, Gedung Gelora Pantjasila, Kolam Renang Brantas, dan gedung Perkumpulan Olah Raga Embong Sawo.


CAGAR BUDAYA YANG TERKENAL DI SURABAYA :

a. Monumen Tugu Pahlawan


Monumen yang merupakan simbol perjuangan Arek-Arek Suroboyo ini sengaja dibangun untuk mengenang semangat perjuangan Arek-Arek Suroboyo dalam mengusir penjajah. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Ir. Soekarno pada 10 November 1951, dan diresmikan pada 10 November 1952.
Dibangun dalam bentuk paku terbalik gedung yang terletak diantara JalanBubutan-Jalan Tembaan-Jalan Pahlawan-Jalan Kebon Rojo, dulunya lokasi ini merupakan bekas gedung Raad Van Justitie.
Memiliki ketinggian 40,45 meter , dengan diameter bawah 3,10 dan diameter atas 1,30 meter, bagian bawah monumen ini dihiasi ukiran bergambar trisula, cakra, stamba, dan padma sebagai simbol perjuangan.  


b. Museum 10 November


Terdiri atas 2 lantai, di lantai 1 terdapat 10 gugus patung yang melambangkan semangat juang Arek-Arek Suroboyo. Selain itu, di lantai ini juga terdapat sosio drama pidato Bung Tomo serta ruang pemutaran film pertempuran 10 November 1945 (diorama elektronik) dan ruang auditorium.
Sementara, di lantai 2 digunakan sebagai ruang pamer senjata, reproduksi foto-foto dokumenter, dan koleksi peninggalan Bung Tomo. Terdapat pula ruang diorama statis yang menyajikan delapan peristiwa seputar pertempuran Sepuluh November 1945, lengkap dengan narasinya.


c. Monumen Jalesveva Jayamahe


Pendirian monumen ini digagas oleh Laksamana TNI Muhammad Arifin, seorang Kepala Staf TNI Angkatan Laut, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 5 Desember 1996, bertepatan dengan Hari Armada RI
Monumen yang menampilkan sosok perwira menengah TNI Angkatan Laut berpakain lengkap, membawa sebilah pedang, serta pandangan mengarah ke garis horisontal sambil berkacak pinggang ini memiliki ketinggian 31 meter di atas bangunan setinggi 29 meter.
Monumen yang didesain oleh pematung Nyoman Nuarta ini diharapkan dapat menambah semaraknya Ujung Surabaya. Karenanya, selain sebagai tetenger TNI AL, monumen yang bisa dilihat jelas dari Selat madura ini juga berfungsi sebagai mercusuar bagi kapal-kapal yang melintas di sekitarnya. 


d. House of Sampoerna


Merupakan bangunan yang menjadi saksi pendirian sebuah pabrik rokok terbesar di Surabaya. Bangunan ini terletak di Surabaya sebelah utara dan memiliki arsitektur kuno. Sebenarnya bangunan yang megah ini dulunya adalah gedung pertunjukan, yang kemudian digunakan sebagai pabrik.
Di dalam bangunan yang kini telah diubah fungsi menjadi museum ini, kita bisa menyaksikan kisah dan kesusksesan Sampoerna. Di samping iru, kita juga bisa menyaksikan kota Surabaya tempo dulu melalui beberapa ilustrasi yang digunakan.


e. Balai Pemuda


Gedung lain yang hingga kini juga dilestarikan adalah kompleks Balai Pemuda Surabaya. Di sekitaran kompleks ini dulunya digunakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang Belanda. Sejak dulu, di tempat ini tela diadakan berbagai macam pertunjukan dan hiburan untuk orang-orang Belanda. Kini, walau jaman telah erganti, Balai Pemuda tetap dilestarikan dan banyak dijadikan tempat warga kota yang ingin mempertunjukkan kebolehannya.

EKOWISATA Hutan MANGROVE SURABAYA


 Hingar-bingar kota Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta, menimbulkan persepsi beragam di kalangan masyarakat. Bahkan sebagian mereka menstigmakan bahwa kota metropolitan seperti Surabaya terkenal dengan padatnya penduduk dan bisingnya kota akibat kemacetan lalu lintas di jalan raya. Disisi lain, Kota Pahlawan dikenal tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan niaga, melainkan sebagai kota industri. Hal itu terbukti dengan dipusatkannya pusat industri di wilayah Kecamatan Rungkut.Bahkan di Surabaya saat ini sudah menjamur mal atau pusat perbelanjaan yang jumlahnya kini mencapai seratusan. Seiring dengan itu, pusat keramaian lainnya berupa tempat-tempat hiburan kini mulai ramai dan merambah hingga ke perkampungan.Pesatnya pembangunan di Kota Surabaya membuat sebagai besar warga merasa tidak yakin jika di kota metropolitan tersebut masih terdapat wisata alam, yakni berupa pemanfaatan atau konservasi hutan mangrove. Namun, semua itu akhirnya terjawab sejak Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya membuka Wisata Anyar Mangrove (WAM) di kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) yang terletak di RW VII Kecamatan Gunung Anyar, beberapa waktu lalu. Kawasan Pamurbaya sendiri terletak di tepi Selat Madura yang luasnya nisbi sempit. Daerahnya merupakan bentang alam yang datar dengan kemiringan antara 0-3 persen. Kawasan ini terbentuk sebagai hasil endapan dari sistem sungai yang ada di sekitarnya dan pengaruh laut. Kondisi daerah delta dengan tanah aluvial merupakan habitat yang baik bagi terbentuknya ekosistem mangrove. Secara geografis maupun ekologis, kawasan Pamurbaya memiliki fungsi yang sangat penting bagi Kota Pahlawan. Salah satunya adalah mencegah ancaman intrusi air laut. Keberadaan hutan mangrove di Pamurbaya juga memiliki fungsi menetralisir limbah terutama logam berat yang masuk ke laut.



Sementara itu, dengan harga yang nisbi terjangkau, masyarakat bisa menikmati keindahan hutan mangrove yang masih “perawan” dengan menyusuri sungai Kebun Agung hingga sungai Tambak Klangri. Keberadaan hutan mangrove ini mampu menyedot kedatangan 147 spesies burung. Dari 84 spesies burung yang diketahui menetap di Pamurbaya, 12 spesies termasuk jenis yang dilindungi. Jenis burung tersebut tidak hanya burung air seperti kuntul perak, pecuk hitam, mandar padi, mandar batu, dan kowak malam. Di sana juga sebagai tempat persingahan ribuan burung migran setiap tahun. Diketahui ada 44 jenis burung migran yang singgah di Pamurbaya. Burung tersebut kebanyakan asal Benua Australia menuju Eropa. Camat Rungkut, Irvan Widyanto mengatakan, wisata pantai di Wonorejo, Rungkut, itu sudah tiga tahun ini banyak dilirik para pelancong karena keasrian lingkungannya. “Sudah selayaknya bila pemkot dan pihak-pihak terkait lainnya memberi perhatian khusus terhadap objek wisata ini” ujarnya. Wisata alam itu kini pengelolaannya dipegang Lembaga Ekowisata Wonorejo, Forum Komunikasi Polisi Masyarakat (FKPM) Kecamatan Rungkut.



Di lokasi itu, selain bisa menikmati segarnya hawa pesisir, pengunjung bisa berkeliling menyusuri pantai berhutan bakau tersebut. Pengelola telah menyiapkan sebuah perahu motor berkapasitas maksimal 40 orang untuk menikmati keindahan lokasi itu. Untuk pengamanan, pengelola juga menyediakan pelampung dan fasilitas wisata lainnya. Perahu yang disewakan tersebut biasanya bergerak mulai dari dermaga Sungai Wonokromo menuju Selat Madura. Para pengunjung bisa menikmati rimbunnya hutan mangrove, burung-burung yang beterbangan dan hinggap di ranting-ranting pohon mangrove


LETAK EKOWISATA MANGROVE SURABAYA



Ekowisata Mangrove terletak di Pantai Timur Surabaya, tepatnya di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Di sana kita bisa menikmati suasana alam berupa hutan mangrove yang ditanam di sekitar muara sungai. Untuk menuju lokasi hutan mangrove kita harus naik perahu dengan tarif 10 ribu rupiah per orang.


Dari Kota Surabaya untuk menuju ke lokasi ini patokan yang paling mudah adalah Jembatan MERR-C atau Kampus STIKOM. Lalu ikuti terus jalan yang ada di depan STIKOM tersebut mengikuti arah sungai. Nanti akan melewati Sekolah IPH, Hotel Teratai, kantor taxi ORENZ dan workshop konstruksi baja Kalimaya. Terus saja, jalannya memang agak sempit.


Begitu sampai di gudang alat berat milik Kalimaya Steel, beloklah ke kanan. Di pertigaan tersebut sudah ada papan petunjuk ke Kawasan Ekowisata Mangrove. Jalannya lebih sempit lagi, tanpa aspal dan bergelombang. Melewati tambak-tambak dan di sebelah kanan terdapat sungai kecil.


Nanti Anda akan tiba di Bozem Wonorejo. Nah di situ Anda bisa memarkir kendaraan, lalu membeli tiket ekowisata mangrove, kemudian naik perahu menuju lokasi hutan mangrove. Di hutan mangrove tersebut terdapat Pos Pantau Mangrove yang biasanya digunakan untuk istirahat sambil menikmati makanan ringan.



Oia, program ekowisata tersebut dikelola oleh FKPM alias Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat – Nirwana Eksekutif. Selain FKPM, mangrove yang ada di sana ditanam oleh Kelompok Tani Mangrove Wonorejo. Pada hari-hari tertentu KTMW mengadakan acara tanam dan sulam mangrove. Jika ingin mengikuti kegiatan tersebut silakan hubungi Pak Sony ketua KTMW.

Senin, 06 September 2010

KERAK TELOR kuliner khas JAKARTA


Kerak Telor adalah makanan asli Betawi yang sudah ada sejak zaman dahulu dan merupakan makanan khas Jakarta yang sudah mulai langka dijumpai. Keberadaannya mulai tergilas seiring pesatnya serbuan fast food di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini menjadikan kerak telor semakin terpojok dan kehadirannya pun pudar ditelan jaman.


Pada masa kolonial Belanda dahulu, kerak telor sempat menjadi makanan elit khas Betawai yang terkenal kelezatan rasanya. Makanan ini dihidangkan saat pesta dan hajatan besar para pembesar pada masa itu. Namun semakin bergulirnya waktu, kehadiran kuliner-kuliner barat menggeser pesona kerak telor ini.


Semakin tergusurnya makanan khas betawi ini, terkadang membuat rasa kangen untuk kembali mengenang pada masa betawi tempo dulu. Kerak Telor adalah makanan khas Betawi, dengan bahan olahan seperti beras ketan putih, telur ayam/bebek, ebi (udang kering yang diasinkan) yang disangrai kering ditambah bawang merah goreng, lalu diberi bumbu yang dihaluskan berupa kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam, dan gula butiran/pasir. Cara masaknya juga cukup unik. Ketika kerak telor telah setengah matang maka wajan pemasaknya dibalikkan dan kerak telor dibiarkan langsung terkena panas arang dari anglo sehingga kemudian menjadi sedikit gosong. Mungkin ini yang dinamakan keraknya.


Harganya pun sangat terjangkau yaitu sekitar Rp.5000 hingga Rp.7500. Harga ini bisa lebih mahal lagi ketika kini kerak telor bisa kita jumpai di mal-mal besar. Rasanya tidak kalah lezat dengan makanan modern seperti D’creeps, Omlete ataupun Burger. Untuk mendapatkan makanan favorit Si Pitung ini agak sulit. Kehadirannya mulai terbatas hanya ketika ulang tahun Jakarta saat Pekan Raya Jakarta digelar. Tapi ketika hari biasa agak jarang ditemui pedagang kerak telor ini, hanya dibeberapa tempat saja. Di Kampung Babakan Setu yang mayoritas penduduknya adalah asli Betawi dan termasuk dalam komunitas lingkungan yang dilestarikan kebudayaannya oleh Pemerintah Jakarta kerak telor sedikit mudah didapatkan. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari yang paling ramai untuk berjualan, karena pengunjung biasanya juga datang pada hari libur tersebut. Bagi pedagang kerak telor, hari libur saat yang paling ditunggu karena pada hari itu omset mereka cukup lumayan. Apabila hari biasa, umumnya pedagang kerak telor hanya berjualan ditempat-tempat keramaian seperti di pelataran mall dan itu pun omzetnya tidak terlampau banyak.



Entah sampai kapan keberadaan kerak telor sebagai kuliner peninggalan sejarah Betawi ini akan bertahan, namun melestarikan kuliner lokal dan warisan leluhur sendiri akan lebih membanggakan daripada kita mengangkat dan mengembangkan kuliner barat yang mulai menyerbu negeri ini. Selamat menikmati Kerak Telor!

wisata RELIGI di SURABAYA ( MASJID CHENG HO )


masjid cheng ho adalah masjid yang unik kenapa?? karena masjid ini menyerupai bangunan klenteng iy masjid cheng ho adalah masjid peninggalan seorang seorang komandan angkatan laut kerajaan yang memimpin sekitar 1450 armada kapal.



Siapa Muhammad Cheng Hoo..?

M. Cheng hoo adalah seorang komandan angkatan laut kerajaan yang memimpin sekitar 1450 armada kapal. Cheng sendiri sejak dilahirkan sudah beragama Islam, sewaktu kecil bernama Ma he berasal dari pegunungan yunnan (asia tengah) yg saat itu menjadi kekuasaan bangsa mongol dan terjadilah penyerang oleh dinasti ming ke daerah yunnan (tahun 1382). Dalam pertempuran itu ayahnya terbunuh dan ma he ditangkap beserta anak-anak yang lain oleh tentara cina. setelah itu, Ma he yang pada saat itu baru berusia 10 tahun dididik dan dilatih untuk berperang. Selama hidup ikut dinasti ming dirinya telah berhasil membuktikan dan memperluas wilayah kekuasaan, ma he pun naik pangkat menjadi kepala ajudan Pangeran dan penyusun strategi perang. Kemudian, karena keberaniannya di pertempuran, nama Ma diganti jadi Cheng. Dalam Komandonya Cheng berkeliling dunia dengan menggunaka kapal harta milik Ming yang sangat besar.



Cheng Hoo juga sempat melewati perairan nusantara dan mendarat di pantai jawa (tepatnya semarang). Selain itu, dia juga sebagai utusan Kaisar Yung Lo untuk mengunjungi Raja Majapahit yang juga bertujuan menyebarkan agama islam.


Masjid untuk Mengenang Muhammad Cheng Hoo

Atas jasanya menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, maka dibangunlah masjid yang bernama Muhammad Cheng Hoo. Kami pun begitu tertarik untuk melihat sekaligus meneliti bentuk masjid tersebut. Tempat ibadah umat Islam yang berlokasi di Jalan Gading, komplek gedung serba guna PITI, di belakang taman makam pahlawan Kusuma Bangsa Surabaya ini, memang lain dari masjid-masjid yang ada di Indonesia. Bentuknya mirip seperti kuil atau klenteng karena tidak ada kubahnya. Namun begitu dilihat dengan seksama, di puncak mahkota bangunan terdapat kaligrafi ALLAH dan sebuah bedug berukuran sedang di teras yang menunjukkan ciri khas masjid. Mungkin ini adalah satu-satunya masjid yang berasitektur Tiongkok di Indonesia.

Bangunan yang berwarna dominan merah disertai hijau dan kuning ini, mempunyai model atap lengkung diakhiri ujung gording berbentuk bulat dan tajam, saya berfikir ini menandakan cirri-ciri khas arsitektur Tiongkok kuno, atau Masjid Cheng Hoo diilhami dari bangunan Masjid Nie Jie di Beijing. Sebagai Arsiteknya adalah Ir. Aziz dari Bojonegoro kemudian dikembangkan oleh Tim Pengawasn dan Pembangunan masjid dari PITI (Perhimpunan Iman Tauhid Indonesia) dan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Dibangun pada tanggal 10 Maret 2002, dengan mempergunakan bahan baku lokal, selesai pada 13 Oktober tahun 2002 lalu, dengan menghabiskan biaya sebesar Rp 700 juta.

Komposisi bangunan dan lahannya juga memiliki makna, ukuran podium yang hanya sebesar (9m x 11m) memiliki makna. Angka 11 diambil dari ukuran Ka’bah di Mekkah. Sedangkan angka 9 melambangkan Sembilan Wali yang menyebarkan ajaran Islam di Indonesia. Masjid yang berukuran kecil ini semakin terlihat menarik, karena berada di tanah yang luas

Ketika kami telusuri lebih dalam lagi, masjid ini juga mempunyai makna yang lain yaitu, perbedaan jumlah anak tangga yang ada di dalam dan diluar masjid. Didalam mempunyai jumlah anak tangga 6, yang berarti Rukun Iman dan anak tangga diluar berjumlah 5, menandakan Rukun Islam.

Masjid Muhammad Cheng Hoo selalu terbuka tanpa adanya perbedaan golongan. Masjid ini dipergunakan untuk Sembahyang, setiap Jumat masjid ini tidak mampu menampung jamaah yang begitu banyak melakukan sholat Jumat. Oleh sebab itu, disiapkan tenda dalam ukuran sebesar dua kali lapangan Bola Basket. Sedangkan untuk memperingati Imlek, tidak ada peringatan khusus karena ini adalah masjid tempat sholat, masjid ini selalu terbuka untuk warga keturunan yang mau melakukan sujud syukur di masjid ini.

Setelah mengamati bagian luar, kami masuk ke bagian dalam masjid. Didalam kami mengamati dari atas sampai bawah, begitu banyak motif yang menggabungkan unsur Islam, Jawa dan Cina. Walaupun tidak sebesar masjid Agung Surabaya, tetapi di masjid ini mempunyai nilai seni yang tinggi. Bagian langit-langitnya menjulang tinggi mengikuti bentuk atap dipadu kaca berkaligrafi, Bentuk lengkungan pada mimbar serta tiang menyatu pada tembok berwarna emas menambah kharisma keunikan dari masjid mungil ini. Hanya pada sentuhan warna-warna didalam tidak seramai diluar masjid.

Nama Muhammad Cheng Hoo, sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Haji Zheng Hee atau dikenal dengan nama Ma Zheng He. “Bagi masyarakat Indonesia terutama masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia, nama Laksamana Haji Zheng Hee atau Muhammad Cheng Hoo sudah cukup dikenal, sekalipun lebih dikenal dengan nama Sam Poo Kong bahkan masyarakat Jawa mengenalnya dengan sebutan Dampo Awang.

Kami sarankan jika anda berkunjung ke Kota Pahlawan, Surabaya. Sempatkanlah untuk singgah di tempat yang mempunyai luas tanah 21 x 11 meter persegi dengan konsep arsitektur Cina. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Haji Muhammad Cheng Hoo ini dapat dijadikan sebagai sentral kegiatan penelitian dan pengembangan dakwah Islamiah, menyelenggarakan Majelis Taklim dan kajian agama, pelayanan kesehatan dan usaha sosial lainnya. Tidak heran kalau masjid ini menjadi satu di antara tiga mesjid di Surabaya yang disarankan oleh Dinas Pariwisata Surabaya untuk mendapatkan prioritas sebagai objek wisata rohani maupun wisata umum. Dua masjid lainnya, masing-masing adalah Masjid Ampel yang termasuk masjid tertua di Surabaya serta Masjid Agung Surabaya.

ke SEMARANG ya ke LAWANG SEWU

Jika pergi ke Semarang, apa yang paling awal terpikirkan dalam benak anda?, adalah Lawang Sewu jawabannya. Pastinya, semua setuju dengan pendapat itu. “Tua, megah, tegap, indah serta eksotis,” itulah gambaran orang-orang terhadap bangunan yang letaknya tepat di jantung kota. Akan tetapi, keindahan semua itu sedikit pudar dengan banyaknya segelintiran orang yang juga beranggapan bahwa tempat itu horror, angker atau apalah namanya yang berbau-bau mistis!.


Namun, semua itulah yang menjadi dorongan kami untuk bertandang ke tempat yang pernah dijadikan tempat adu nyali oleh salah satu stasiun televisi swasta sekaligus dalam melakukan tugas mencari informasi tentang tempat wisata bersejarah yang ada di Indonesia.Lawang Sewu tempatnya sangat strategis dan mudah ditemukan, karena berada disalah satu sisi persimpangan Tugu Muda. Gedung Lawang Sewu dibangun pada tahun 1903 dan selesai serta diresmikan pada tanggal 1 Juli 1907. Bangunan berlantai 2 ini dijadikan kantor pusat Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij atau dikenal NIS dan ada kabar, dulu bangunan ini sebagai tempat pengurusan administrasi dan kemiliteran yang ada di Semarang. Bagian depan bangunan bersejarah ini dihiasi oleh menara kembar model gothic dan membelah menjadi dua sayap, memanjang kebelakang yang mengesankan kokoh, besar dan indah. Gedung megah bergaya art deco yang bercirikan ekslusif yang berkembang pada era 1850-1940 di benua Eropa itu, menjadi salah satu karya dua arsitek ternama Belanda yaitu: Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag.


Menelusuri lebih dalam Lawang sewu

“Bagian dalam yang masih kokoh”

Mengapa banyak orang menyebutnya Lawang Sewu, bahwa bangunan tersebut memiliki banyak pintu. Jika diartikan pintu dalam bahasa Jawa ‘Lawang’ sedangkan ‘Sewu’ itu seribu berarti “Pintu seribu”, entah siapa yang menamakan dan menghitung pintu-pintu itu!, yang jelas nama Lawang Sewu sudah melekat di setiap orang Indonesia sampai saat ini.

Kami pun mencoba melangkahkan kaki untuk masuk kedalam gedung. Dari pintu utama kami langsung dihadapkan sebuah tangga besar menuju lantai 2. Di bagian tangga terpasang sebuah kaca grafir yang menutupi jendela dengan ukiran yang indah . Memang, awal yang dirasakan saat memasuki bangunan ini agak sedikit berbeda, lorong-lorong yang minimnya pencahayaan membuat suasana agak sedikit mistis. Akan tetapi, semua itu disambut oleh keindahan pemandangan hiasan kaca-kaca patri yang penuh warna warni di puncak anak tangga. Dinding dan tiang-tiang yang masih kokoh melengkapi kemegahan struktur bangunan itu. Terpesona akan semua itu, kami melanjutkan menelusuri bagian ruangan yang lain. Memasuki bagian atas dan berdiri disalah satu balkonnya, terlihat kesibukan kendaraan-kendaraan dijalan raya serta disuguhi pemandangan taman kota di tengah bundaran jalan.


“Penjara Bawah Tanah”

Setelah puas menelusuri bagian atas, kami pun turun dan mengelilingi bagian dasar bangunan. Pintu-pintu tinggi yang berjajar dibagian sayap gedung, mengingatkan seperti apa kesibukan pada waktu itu. Adapula sebuah ruangan yang katanya berisi peninggalan jaman Belanda. Pintunya sangat kokoh sehingga belum berhasil dijebol hingga saat ini. Jadi ada kemungkinan di dalamnya masih banyak tersimpan uang dan harta benda lainnya. Benarkah demikian?

Melihat seluruh kondisi fisik eksterior maupun interiornya meski kurang terawat, decak kagum pun ada dalam diri. Bangunan bersejarah Lawang Sewu tetap menyisakan keelokan arsitektur dimasa lalu.

Puas berkeliling dibagian dasar ruangan, kami pun ketempat dimana terdapat penjara bawah tanah. Cukup dengan uang Rp 5000,-/orang kami bisa melihat ruangan-ruangan yang dahulunya sebagai tempat penjara dan penyiksaan tahanan.

Penjara yang dimaksud berlokasi dibawah tanah, mempunyai kedalam 3 meter dari permukaan. kami ditemani oleh pemandu untuk menelusuri lorong selebar kurang lebih 1,5 meter dengan ketinggian langit-langit 2 meter tanpa ada cahaya. Dengan bantuan senter besar kami memulai perjalanan, aroma yang sumpek serta genangan air mengawali penelelusuran ini, namun semua itu tidak menjadi kendala bagi kami, untuk mengetahui apa saja yang ada di sini (penjara). Dengan rasa sedikit takut, pemandu mulai menunjukan kamar-kamar disebelah kiri maupun kanan lorong. Dahulu disini adalah tempat penyiksaan bagi para tahanan oleh pihak Belanda dan Jepang.

Berikutnya, sampai pada ruangan yang berisi bak-bak beton yang tingginya mencapai 1 meter. Tempat ini juga digunakan untuk menyiksa para tahanan dengan dipaksa berjongkok dengan direndam air setinggi leher sementara bagian atasnya ditutup jeruji besi. Dengan cara penyiksaan itu ruangan ini diberi nama penjara jongkok. Sulit dibayangkan, seperti apa para pejuang kita di perlakukan seperti itu!.

Dalam penelusuran selanjutnya, kami ditunjukan sekat jejeran batu bata yang ukurannya 1x1 meter bentuknya seperti lemari. Sekat-sekat sempit inilah yang disebut penjara berdiri di tempat ini biasanya diisi 5 sampai 6 tahanan setelah disiksa dengan tertutup jeruji besi dan dibiarkan berdiri hingga mati lemas.

Ruangan terakhir yang kami jumpai adalah ruang eksekusi. Tampak satu meja terbuat dari baja tertanam dilantai. Disinilah para tahanan dieksekusi mati dengan di penggal kepalanya. Ruangan ini cukup membuat merinding, saat membayangkan kejadian kala itu, dimana para tahanan di eksekusi.

Tak terasa hampir 20 menit kami berjalan menelusuri lorong itu, dan akhirnya bisa menghirup udara segar kembali. Merupakan sebuah pengalaman bagi kami, semua perasaan tercampur aduk antara takut, tegang sekaligus menyenangkan. Tapi, sayangnya seluruh ruangan yang ada didalam tidak boleh di foto, entah kenapa?.

Sebenarnya masih ada lorong lain yang pada saat itu digunakan oleh para pejuang kemerdekaan untuk meloloskan diri dari kejaran musuh. Lorong itu menghubungkan antara Lawang Sewu, SMAN 3 Semarang dan SMAN 1 Semarang. Sayangnya lorong sudah ditutup dan tidak tahu keberadaanya. Belum lagi di temukannya kerangka-kerangka manusia disalah satu ruangan bawah tanah dengan jumlah yang sangat banyak, kemudian kisah pembantaian serta kekejaman perang yang pernah terjadi di Lawang Sewu.

Sebelumnya bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam) IV/Diponegoro dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Selain itu, pada masa perjuangan gedung ini juga memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang, di gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat pada tahun 1945 tepatnya tanggal 8 september, antara Angkatan Muda Kereta Api Indonesia yang berusaha merebut kembali bangunan ini dari tangan Kempetai dan Kido Butai Jepang. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Semarang dengan SK Wali Kota 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.

Seperti itulah pesona Lawang Sewu, walaupun tidak semua bangunan tersebut terawat dan digunakan kembali, tapi setidak-tidaknya jejak sejarah bangsa kita masih sangat mudah ditemui di kota itu. Bangunan-bangunan tersebut mungkin beruntung karena berdiri di atas kota di mana pemerintahnya masih tetap menghargai keberadaannya. Sungguh mengagumkan, bangunan tua yang masih eksis hingga sekarang. Setelah apa yang kami alami sejak awal sampai akhir dalam perjalanan wisata bersejarah ini, sudah dapat disimpulkan bahwa Lawang Sewu adalah tempat wisata bersejarah di Indonesia yang begitu indah, megah dan penuh makna serta membuat jantung berdebar. Jika ada orang yang beranggapan bahwa Lawang Sewu Angker! .”percaya atau tidak”.., kembali pada diri mereka masing-masing. Akankah lebih menarik lagi jika anda langsung yang membuktikannya!


Rabu, 30 Juni 2010

FESTIVAL BUNGA TOMOHON di SULAWESI UTARA


FESTIVAL BUNGA TOMOHON 


TOMOHON, seminggu di awal Juli 2008. Kota yang berjarak lebih kurang 20 kilometer dari pusat pemerintahan Sulawesi Utara, diramaikan pendatang dari berbagai daerah di Indonesia untuk sebuah event bertaraf nasional, yakni Tomohon Flower Festival (TFF) yang di dalamnya termasuk acara Tournament of Flower (ToF). Untuk ke sana, dari Manado kita dapat menyusur jalan berkelok-kelok dengan pemandangan elok. Hutan diselingi pakis dan bunga liar yang memberi keunikan tersendiri ditambah hamparan ladang penduduk yang ditumbuhi cengkih, juga perkampungan. Di beberapa kelok ada air jatuh musiman yang menderas bila curah hujan tinggi. Laut ada di belakang kita, ia terlihat biru dan kian jauh di utara, udara sejuk lalu mengguyur menyegarkan rongga dada.



Kita sudah di Tomohon. Bersua Tinoor, suatu kampung yang berhadapan dengan kawasan volkano, Gunung Lokon, kemudian Kinilow. Di sini kita dapat melihat para pengrajin anyaman bambu, kios-kios mereka berderet di samping kiri jalan raya Manado – Tomohon. Kegiatan TFF diselenggarakan untuk mendukung Visit Indonesia Year 2008 dan mempromosikan Sulawesi Utara sebagai tujuan kunjungan wisata, utamanya pelaksanaan World Ocean Conference 2009. Pemandangan warna-warni bunga makin kental ketika kita masuk ke Kakaskasen. Ladang bunga di lingkar barat dan timur seakan membungkus kota itu.



TFF bertujuan untuk mempromosikan potensi Tomohon sebagai “Kota Bunga” beserta industri pendukungnya agar dapat menjadi pusat industri bunga di Indonesia Timur, sekaligus menjadikan Tomohon sebagai tujuan wisata, baik ecotourisme maupun agrotourisme. Selain itu TFF diharapkan dapat meningkatkan citra Tomohon yang mensejahterakan masyarakat, dapat memfasilitasi komunikasi antar stakeholder dalam pengembangan usaha tanaman florikultura, sebagai ajang pertemuan temu bisnis antar pelaku usaha bunga dalam rangka pengembangan investasi usaha florikultura di Tomohon serta berkemampuan meningkatkan dan ketrampilan sumberdaya manusia di bidang usaha berbasis produk florikultura. Dan bagi masyarakat sendiri akan berdampak pada peningkatan kecintaan terhadap tanaman, utamanya tanaman hias sebagai bagian dari budaya yang juga dapat memacu peningkatan pendapatan perekonomian mereka. Maka, dari TFF 2008 oleh pemerintah kota sudah di susun grand design untuk memajukan segala potensi yang ada di sana, sebab TFF akan menjadi event yang sudah akan dilaksanakan setiap tahun.



Pada lima hari jelang Tournament of Flower (ToF) di Kota Tomohon, Explore Indonesia menyempatkan diri bertandang ke stadion Parasamiya Walian Tomohon dan berbincang hangat dengan Lelly Rochelli, koordinator dekorator kendaraan hias. Beberapa hal yang ditekankan Rochelli, namun satu hal yang sering dia ulang seraya membandingkan Tomohon dan beberapa tempat yang sudah sempat ia kunjungi di dunia, bahwa, Tournament of Flower (ToF) di Kota Tomohon itu ada aroma magisnya. Baru tersadar ketika ToF terselenggara, 03 Juni 2008. Sedari pagi mendung menggantung, beberapa titik rintik sempat turun, dan ada yang khawatir hujan segera turun sebab Gunung Lokon sudah berbalut kabut kelabu.



Waktu merambat hingga siang, orang-orang dari perkampungan sekitar kota Tomohon sudah berjubel di sisi jalan di mana kendaraan hias sebentar lagi melintas. Antusias menunggu saat, Marching Band SMA Lokon sebagai kepala barisan dan anak-anak pengibar lambang daerah-daerah yang turut serta di ToF, lalu Replika Garuda dari Banjarmasin ada di deretan kendaraan hias paling depan, disusul simbol keagungan adat dan budaya pada masa lalu, replika benteng terbesar di dunia dari Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, di belakangnya kendaraan hias dari Minahasa Tenggara, ada dua buah salak raksasa di atas kendaraan hias itu yang juga dibuat dari buah-buah salak. Menyusul kelompok Musik Bambu, angsa dari Jambi, kontingen Palu, Minsel, Surabaya, badak cula satu, Mataram, Tarakan, Pekan Baru, Ambon, Semarang, Kota Padang, Kota Payakumbuh, topeng dari DKI Jakarta, Kota Samarinda, Minahasa, Banda Aceh, Pekalongan, Malang, Bandung, Makassar, susul menusul yang lainnya. Bitung datang dengan “warna” kampanye lingkungan. Kota Cakalang menampilkan potensi lautnya dengan pesan “Hidup Sehat, Ramah Lingkungan”, kendaraan hias Bitung didahului beberapa kendaraan hias. Dari Palangkaraya dan Medan. Sesudah Bitung ada Tidore, Bolmong, Mamuju, Kendari, Pangkal Pinang, Kupang, Banten, Ternate, DI Yogyakarta, Manado dengan taman lautnya yang disulap dari bunga, Bandar Lampung, Palembang, cendrawasi dari Papua, perahu naga dari Tanjung Pinang, Pontianak, Tomohon, Sukabumi, Gorontalo, satu lagi kendaraan hias dari Manokwari dan ditutup barisan pengawal. Tatap menerawang jauh, atmosfir yang labil. Dan..., ini magisnya, hujan tak jadi turun hingga semua iring-iringan kendaraan hias tiba di Rindam, panggung utama di mana para pejabat daerah dan tamu dari ibukota negara menyambut.

Kami coba meramu kepastian yang gamang. Namun terbukti saat itu magis yang diucapkan Rochelli beberapa hari silam itu. ToF mampu menyedot pandang ribuan pasang mata mulai dari Walian tempat kendaraan hias itu start hingga di Rindam. Sisi jalan yang sudah dikawal panitia didesak manusia-manusia yang terhipnotis suguhan ToF. Seketika jadi teringat hal-hal lain yang disampaikan Rochelli, “Semua di sini akan berguna dan menjadi nilai tambah bagi banyak orang.” Kembali mengulang apa yang diucapkan sebelumnya, mencium aroma magis di event ini. Berbaur dengan penonton juga para pedagang yang berjualan penganan dan air mineral.

Di ujung TFF jelang penutupan, Minggu (6/7), sekali lagi Tomohon memberi kejutan. Karpet bunga digelar dengan latar 46 kendaraan hias dari berbagai daerah di Indonesia. Pada event Holtifair di Belanda tahun 2007, negeri Kincir Angin itu sempat membuat karpet bunga dengan ukuran 50 x 50 meter. Di Tomohon ukurannya lebih besar lagi, yakni, 49 meter x 79,2 meter, dan dikukuhkan sebagai karpet Bunga terbesar di dunia. Warna menyala, merah, putih ungu, kuning, oranye, di tengah lambang TFF dengan simbol Paeyus, bunga endemik di tanah Minahasa.

Kenangan semerbak bunga yang tak terlupa, membuat rindu untuk kembali ke Tomohon meski kita berada jauh di negeri orang. Bunga-bunga dari tanah subur yang ada di sana bulan silam itu, sudah menyedot tatap mata seantero dunia.

PANORAMA "GREEN CANYON" di jawa barat





Setelah menghabiskan waktu perjalanan selama 20 menit, kita disuguhi oleh 2 bukit yang kokoh. Tikungan demi tikungan telah terlewati, tibalah kita disebuah gua Green Canyon yang memiliki stalaktit dan stalakmit unik. Sungguh pemandangan yang luar biasa, sang nahkoda pun mecoba untuk memarkirkan perahunya untuk kita bisa turun dengan mudah. Sungai yang berwarna Hijau Toska diapit dengan dua tebing yang menjulang tinggi serta semilirnya angin yang sejuk. Serasa tempat itu memberikan salam selamat datang di Green Canyon kepada para pengunjung. Memang tempat yang eksotis, air yang ada di dalam sini lumayan deras, berbeda saat kita kita memulai perjalanan ke dalam gua. Pelampung yang terikat erat serta plastik yang membungkus camera, petualangan pun dimulai. Tim E-I pun berenang di sungai yang mempunyai kedalaman hingga 2 meter dengan melawan arus air. Awal yang cukup mendebarkan juga menyenangkan. Tebing yang berwarna hijau terlihat sangat begitu kokoh serta batu – batu besar, melengkapi kharisma keindahan saat berada kami berada di bagian dalamnya. Sungguh panorama yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.



Sedangkan nama Green Canyon berasal dari Turis Asing yang sedang berwisata ditempat ini beberapa tahun silam. Wisman ini menyusuri sungai cijulang dan menamakan objek wisata tersebut menjadi Green Canyon. Berarti kalau di Amerika ada Grand Canyon sedangkan di Indonesia ada Grand Canyon. Hingga saat ini, walaupun masih tetap ada nama Cukang Taneuh yang tertulis papan dekat pintu gerbang masuknya. Namun kebanyakan orang lebih sering menyebutnya Green Canyon. Jadi, apa nama Cukang Taneuh sulit disebut, kurang menjual atau dengan nama Green Canyon lebih mempunyai magnet tersendiri untuk menarik para wisatawan untuk berkunjung..? Tetapi apapun sebutannya, kita sebagai warga Negara Indonesia wajib bersyukur dan juga bangga akan keunikan-keunikan objek wisata baik itu alam, budaya, bahari dan lain sebagainya yang tidak kalah menariknya dari objek-objek wisata yang ada di dunia.