Powered By Blogger

Rabu, 27 Juli 2011

Sail Indonesia 2011


Sail Indonesia 2011 seri tendangan off Darwin untuk Yacht Race Ambon dan Rally 2011 yang akan dimulai dari Darwin pada hari Sabtu, tanggal 23 Juli. Reli ini diharapkan mencapai Ambon pada Senin 25 Juli. Darwin-Ambon Yacht Race 2011 adalah salah satu dari tiga hal utama dalam Sail 2011 pelayaran Indonesia melalui kepulauan Indonesia yang meliputi Sail Wakatobi 2011 dan Sail Belitung 2011.

Dalam Yacht Race Darwin-Ambon dan Rally 2011, peserta akan berangkat dari Darwin Harbor, dan memulai perjalanan ke utara 600 mil laut 'ke desa Amahusu di Pelabuhan Ambon.

Akan ada Barbeque gratis pada tanggal 16 Juli untuk semua peserta di Club Pelayaran Darwin dan Hari Informasi dan Briefing Reli pada 19 Juli di Ballroom Holiday Inn Esplanade Arafura, Mitchell Street, Darwin. Hari informasi akan menampilkan pembicara dari Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan setiap peserta mengenai Sail Indonesia 2011 seri.

Sail Indonesia merupakan Reli Berlayar tahunan sekarang dalam tahun kesebelas yang dimulai di Darwin, dan kemudian diadakan setiap tahun di pertengahan Juli. Berangkat dari Darwin akan menjadi awal dari tiga bulan program Sail Indonesia 2011 peristiwa terkait di seluruh Indonesia yang juga mengarah ke Sail Wakatobi-Belitong 2011.

Kunjungan kesempatan ke Ambon di Kepulauan Rempah-Rempah oleh teknisi radio Darwin pada tahun 1976 adalah percikan yang mengarah ke Darwin pertama Yacht Race Ambon akhir tahun itu. Para Yacht Race Darwin-Ambon yacht tertarik enam tahun perdananya. Selama berbulan-bulan setelah itu, percakapan antara yachters kembali didominasi oleh cerita-cerita "berlayar sampanye", perhotelan luar biasa, orang yang ramah yang indah, keindahan pemandangan, keragaman budaya, makanan, dan sekelompok cerita petualangan.

Dimulai Sail Indonesia 2011, Darwin untuk Yacht Race Ambon dan Rally 2011 akan mengambil pelaut dan yachters pada suatu perjalanan mengunjungi ratusan pulau-pulau di kepulauan Indonesia. Sebagai peristiwa penting tersebut, Darwin-Ambon Yacht Race 2011 adalah benar-benar sebuah balapan yang luar biasa yang yachters tidak harus kehilangan.

Festival Seni Surabaya 2011

Sebuah pesta seni yang kehadirannya selalu dinantikan oleh masyarakat Surabaya. Penonton akan dihibur dengan penampilan teater, tarian, musik, pameran seni yang dirangkai dalam penghelatan Festival Seni Surabaya 2011 (FSS).

Sebuah momen tanggal 31 Oktober – 9 November 2011 yang menjadikan Balai Pemuda pusat diadakannya serangkaian acara selama dua minggu nanti. Namun, ada juga pusat-pusat kebudayaan dan ruang publik yang senantiasa ikut berpartisipasi memeriahkan event tahunan ini.

Untuk mengawali rangkaian penampilan seni itu, acara Rabu pagi besok akan dibuka dengan happening art di Trotoar Museum Mpu Tantular, Surabaya. Kemudian sorenya, dilanjutkan dengan long march seni dari depan Monumen Polisi, Jl. Polisi Istimewa, menuju Taman Bungkul, Jl. Raya Darmo, Surabaya.

Launching Festival Seni Surabaya 2011 (FSS)
Tanggal: Rabu, 27 Juli 2011
Tempat: Taman Bungkul
Jam 15.00 Wib

Festival Seni Surabaya 2011 (FSS)
Tanggal: 31 Oktober – 9 November 2011
Balai Pemuda Surabaya
Jl. Pemuda No. 15 Surabaya
Telp: 031-8662918
Email: surabayafestival@gmail.com
Web: http://festivalsenisurabaya.com/
Blog: http://festivalsenisurabaya.blogspot.com/

Sumber: http://www.surabaya.go.id/dinamis/?id=1568

(Surabaya, City Guide)
2011-05-24-089-E-Festival Seni Surabaya 2011

Senin, 04 Juli 2011

Jawa Timur Park 2




Jawa Timur Park 2 adalah tempat wisata terbaru di kota Wisata Batu, Malang, Jawa Timur. Banyak pengunjung yang mengatakan bahwa berwisata ke Jawa Timur Park serasa tidak sedang berwisata di Indonesia karena rangkaian bangunannya yang megah, mewah, rapih, bersih, modern dan lengkap.

Di dalam Jawa Timur Park 2 terdapat 3 kompleks bangunan megah yang berdiri kokoh dan berarsitektur unik dan bertaraf internasional. Yang pertama, Bangunan Museum Satwa yang berarsitektur Romawi-Yunani yang terkenal akan tiang-tiang besar. Yang kedua, Batu Secret Zoo, sebuah kebun binatang modern 4 lantai plus sebuah giant wheel (bianglala raksasa).Yang ketiga, Hotel Pohon Inn yang merupakan konsep hotel di dalam pohon super raksasa. Kesemuanya berlatar belakang Bukit Panderman.

1. Museum Satwa :

Ingin melihat lebih dekat fosil T-Rex seperti dalam film Night at the Museum atau fosil Mammoth seperti di film Ice Age? Tak perlu jauh-jauh pergi ke luar negeri. Cukup berwisata ke Museum Satwa, Jawa Timur Park 2 yang beralamat di Jl.Oro-oro Ombo 9. Di tempat ini anak-anak bisa menikmati sensasi melihat dari dekat replica hewan karnivora dan gajah purba masa prasejarah tersebut. Selain replika dinosaurus yang telah punah, juga akan dijunpai bermacam hewan-hewan langka yang telah diawetkan dari berbagai penjuru benua mulai dari African Lion, Polar Bear, hingga African Elephant yang merupakan spesies gajah terbesar di dunia.Semua bisa dinikmati beserta diorama-diorama satwa yang dikonsep sedemikian rupa sehingga mirip dengan habitat aslinya. Juga masih akan dilengkapi dengan insectarium, akuarium, pertunjukan Ice Life Show, dan ruang pengetahuan yang menawarkan berbagai hal tak terduga dari dunia satwa. Dengan harga tiket Rp.45.000,- /orang untuk weekedays dan Rp. 50.000,-/orang (untuk weekend) pengunjung dapat menikmati lebih dari 15 fasilitas wisata. Untuk yang menginginkan melihat satwa yang hidup cukup berpindah ke bangunan merah sebelah utara yaitu Batu Secret Zoo.

2. Batu Secret Zoo :

Kebun Binatang yang modern, sangat berbeda dari kebun binatang biasa, lebih menarik, lebih lengkap dan memuaskan anak-anak akan pengetahuan tentang satwa.

Arsitektur kebun binatang ini pun berskala internasional.

Disini kita juga bisa memberi makan puluhan burung Parkit berwarna-warni, rusa, unta dan melihat Harimau Putih yang berukuran cukup besar dan berada di dalam kandang yang dirancang sangat modern.
Bahkan cukup dengan Rp. 10.000 kita bisa memberi makan langsung Singa Afrika atau Harimau putih.
Kandang-kandang binatang disini juga unik di seting sesuai dengan alam habitatnya, jadi satwa tidak lagi terkurung dalam jeruji besi.

Disediakan pula arena bermain anak (playland) dan water park. Tak lupa 4 buah cafe dan mini resto disiapkan bagi pengunjung yang kelaparan.

Rute yang ditempuh kira-kira 4 km untuk berjalan santai, jadi butuh waktu lebih dari 4 jam untuk hanya menikmati di kawasan Secret Zoo. Bagi yang lelah berjalan tak perlu khawatir, terdapat penyewaan e-Bike sejenis mobil golf yang beraneka tariff Rp.100.000,- utk 3 jam.

Satu lagi yang tak boleh terlupakan, sempatkanlah berfoto dengan kingkong seperti di film hollywood Kingkong. Foto kita bakal seolah-olah berada dalam genggaman kingkong raksasa. Penasaran kan! .

O iya, di dalam Batu Secret Zoo anak-anak juga dapat menikmati Fantasy Land (tidak usah membeli tiket lagi)


3. De’ Pohon inn

Hotel yang unik, dengan desain interior dan exteriornya kental dengan nuansa satwa.

Minggu, 03 Juli 2011

Trans Studio Theme Park Bandung`s








TRANS STUDIO THEME PARK, Trans Studio Bandung adalah Indoor Theme Park ke dua di Indonesia setelah Makassar. Trans Studio Bandung lebih spektakuler dan lebih dahsyat dari Trans Studio yang ada di Makassar sehingga menjadikan Trans Studio Bandung tidak hanya terbesar di Indonesia tapi juga terbesar di dunia.

TRANS STUDIO THEME PARK menyajikan 20 wahana permainan dan bermacam bentuk hiburan yang terdapat dalam 3 kawasan dengan tema yang berbeda dan unik. Para pengunjung dapat merasakan bagaimana menjadi seorang bintang di depan kamera serta menjadi orang – orang di belakang layar dari tayangan – tayangan favorit TRANS TV dan TRANS 7,seperti Dunia Lain, Jelajah. Si Bolang, dan masih banyak wahana menarik lainnya.

Tentang Trans Studio Theme Park

Selamat datang di dunia penuh keajaiban khusus diciptakan untuk anda. Membawa mimpi anda menjadi kenyataan.Bertemu langsung dengan karakter – karakter idola anda.Nikmati persembahan 20 wahana kami yang menantang dan mendebarkan dan hiburan dengan gaya Broadway yang terkenal.

Studio Central
The Famous Hollywood! Kawasan Hollywood didepan mata anda. Berjalanlah menyusuri Kawasan ini dan liat siapa artis yang ada di Walk of Fame ? . Anda akan dimanjakan oleh arsitektur-arsitektur Hollywood bergaya 60-an. Anda seolah melangkah di pusat negeri hiburan. Temukan juga Bintang favorit mu seperti Marlyn Monroe

Lost City
Siapkan diri anda untuk berpetualang! Di kawasan ini anda akan menempuh perjalanan yang hebat. Selamatkan Kru Trans TV dalam ekspedisinya, masuki hutan rimba dalam safari track.Semua petualangan menarik akan menjadi bagian dari penjelajahan anda.Explore the Lost City!



Magic Corner

Keajaiban bermula dari sini. Sentuhan Magis yang akan mempesonakan perjalanan anda. Anda akan hanyut dalam sensasi yang ada di sini. Perjalanan yang akan menyihir anda membuat anda begitu yakin apa yang ada didepan mata. Satu –satunya tempat penuh keajaiban,petualangan yang menggembirakan dan menakjubkan.

Sabtu, 26 Februari 2011

Ambon : The Original Spice Islands





The tiny islands of Ambon, Banda, Ternate and Tidore - among the thousands of islands in the Moluccas seas,- changed the course of world history from the 15th century onwards. These islands were what triggered the European Age of Exploration.

For in search of the Spice Islands in the Far East, Christopher Columbus sailed west – and discovered America. Vasco da Gama sailed south and discovered the long route around Africa’s Cape of Good Hope in 1498 to finally reach India after a long and perilous voyage. Only later did the Portuguese finally discover the sea route to Banda and Ambon. These small islands in the eastern deep seas of the Indonesian archipelago were for centuries the sole producers of the fragrant nutmeg and mace in the world. At the time these spices fetched their weight in gold in Medieval Europe.

The tiny islands of Ternate and Tidore, further north of Ambon were producers of cloves. Indian and Arab traders would sell cloves in Europe for exorbitant prices, but kept the location of their source a tightly held secret. These are the Moluccas – or Maluku – the original Spice Islands, that are now divided into the two provinces of Maluku and North Maluku.

It is from these islands that the Dutch East India Company first gained their stranglehold on the spice trade in the archipelago, gradually colonizing the Indonesian islands over three centuries, until it came to be called the Dutch East Indies, the present-day Republic of Indonesia.

As the glory days spices passed, the significance of the Moluccas waned. But it is here where the history of European explorations and colonization began.

Fortunately the beauty of that era still remains. Today, the town of Ambon is the capital of Maluku, occupying a small flat area by the beautiful Ambon Bay that is backed by lush green mountains and facing deep crystal clear waters that are alive with colorful coral gardens and untold species of marine creatures.

Although small in size, Ambon island still offers plenty of experiences for adventurous travelers. From exploring the charming Kota Ambon – the main town of the island, to walking up mountains through lush tropical vegetation, there are many undiscovered gems ready for visitors to experience.

The town of Ambon – Kota Ambon – is known as ‘Ambon Manise’ meaning sweet or beautiful Ambon. The name refers to both the beauty of the people here and the beauty of the tropical island location.

As one of the earliest places in Indonesia to be occupied by colonial powers, Ambon has a rich and ancient history. Many of the Ambonese today have mixed European and Ambonese heritage.

Visit here and discover centuries-old fortresses and the literature of local kingdoms which traces the story of the people, from periods of prosperity to escalating and controlled trades, harsh colonialism, a grueling struggle, and finally, to independence.

The island also played an important role in World War II when Ambon was used as a headquarters for the Japanese military. Remnants from the war still remain, both in museums and the open air. Some war artifacts remain silently underwater. Today, these remnants are among the most valued historical sites in Ambon.

Ambon is multicultural and home to various ethnicities including the native Alifuru tribes, the migrating Javanese, Sumatrans, Minahasans, the Butons, the Arabs who came in the 9th century, the Europeans, and the Chinese who first came in the 7th century to share in the commerce of this prosperous spice island. Between 1999-2002 the island was the scene of Christian-Muslim violence however since 2004 the island has maintained a period of ongoing peace.

Jumat, 25 Februari 2011

Makassar : Historic Port for Spices and Sailing Ships





Formerly called Ujung Pandang, the city of Makassar is the largest city in east Indonesia. Capital of South Sulawesi, Makassar enjoys a central location in the Indonesian archipelago and today Makassar is Indonesia’s busy air hub, connecting Sumatra, Java, Bali and Kalimantan in the west with Sulawesi, the Moluccas and Papua in the east.

In fact, ever since the 14th. century Makassar was already known as a thriving sea port where merchant vessels from far away China, India and Cambodia called regularly to trade in silks, tea and porcelain in exchange for cloves, nutmeg and pearls from the Moluccas and gold and forest products from Makassar and its hinterland. And when in the 16th century the Europeans discovered the sailing route to the coveted Spice Islands, the Spanish and Portuguese made Makassar their important entrepot to store valuable spices before shipment to Europe.

Meanwhile, in this southern peninsula of Sulawesi, the Bugis, Makassar and Mandar ethnic groups, known for their seafaring prowess and boat building skills, had already developed powerful kingdoms that encouraged trade, fishery, rice cultivation as well as literature and the arts. The Bugis epic poem I la Galigo is a recognized masterpiece in Bugis literature, as are the graceful dances and bright silk costumes of court dancers with their richly decorated accessories of wide gold bangles, opulent necklaces and tiaras.

In 1667 however, through the Treaty of Bungaya, Dutch merchants succeeded to oust the Portuguese and Spanish from Makasssar to make this port their stronghold, banning other Europeans from trading in Makassar. The Dutch destroyed the fort of Ujung Pandang built by the king of Gowa in 1545, and fortified this into Fort Rotterdam, which today still stands prominently on the waterfront of Makassar, while the king of Gowa was allowed to stay at Fort Somba Opny Makassar aristocrats who refused to be dominated by the Dutch, left the city and settled in Kalimantan , the Riau Islands and present-day Malaysia. The sultans of Selangor and Johore are Bugis descendents as are the sultans of Kutai Kartanegara in east Kalimantan.

Located on the busy trading route along the deep Straits of Makassar, the city of Makassar is a bustling cosmopolitan town with settlement of many races and ethnic groups, of Chinese, Europeans, Javanese, Balinese, Ambon and others, where local and international cargo ships continue to call at its busy port. While at its traditional port of Paotere, Bugis pinisi schooners can be seen lining the quay to unload goods from near and far away islands, and various types of fishing prahus, such as the pantorani, the lepa-lepa and the sandeq unload the day’s catch.

Today Makassar is also a university town, where youth from all over the islands, especially from the eastern archipelagos gather to gain higher education.

And, to provide entertainment for its population and to attract tourists especially from east Indonesia, Makassar now boasts a large theme park called Trans Studio, touted as the third largest indoor theme park in the world. For details see: www.transstudioworld.com
Makassar’s Sultan Hassanuddin airport is today Indonesia’s most modern airport. Makassar has a wonderful esplanade called the Losari Beach, the only place in Indonesia where one can see both a beautiful sunrise as well as a spectacular sunset. The Losari Beach is lined with luxury hotels and in the evenings comes alive with food stalls.

Makassar is the Gateway to East Indonesia, as well as the entry point to an adventurous tour to the Tana Toraja highlands, where awesome mountain scenery and the unique rituals of the Toraja people await.

Makassar's Circle of Tourism Writers, LPP, the travel industry and travel lovers of Makassar have created a new web in conjunction with the Visit Makassar Year 2011 to provide up to date information on this destination. The web is bilingual, in English and Bahasa Indonesia. To open click: www.mymakassar.com.

Kutai National Park


Kutai National Park (KNP) is a lowland tropical forest in East Kalimantan. KNP has an area width of 198,629 hectares. Its bio-diversity and vegetation makes it a great destination for local as well as foreign nature lovers and researchers. Iron-meranti-kapur (Dryobalanops Spp.) woods, mixed dipterocarpaceae, mangroves and kerangsa are types of vegetationAt present, about 900 types of vegetations in the park have been identified. For local students in its surrounding areas e.g., Bontang and Sangatta, KNP is a facility to learn about the nature. Two locations of KNP frequently visited by tourists are Sangkima and Prevab resorts. Visitors are charged with an entry fee of Rp1,500 for local visitors or Rp15,000 for foreign visitors.
s found in KNP.